Jumaat, September 18

SANG PERANTAU



Ramadlan kian sampai ke penghujung dan syawal sudah berada di ambang pintu disini jualah kesedihan dan tangisan sang perantau. Tatkala suara takbir bergema memecah heningnya malam, terimbas kembali segala kenagan waktu kecilku, ketika berada di kampung halamanku bawean . Betapa bahagia ketika anak kecil berlari pergi ke masjid pada waktu magrib untuk berkumpul bersama melaungkan kebesaran ALLAH segalanya di lalui dengan penuh keceriaan.Tapi setelah sang anak kecil mulai menjalani kehidupan sebagai seorang yang dewasa dan kini ada di perantauan ,segalanya di rasakan begitu jauh berbeda. tiada lagi takbir keliling,tiada lagi ziarah kubur terhadap ayah bunda yang telah tiada,hanya doa yang ku panjatkan untuk keluarga yang masih ada dan yang sudah tiada.Tanpaku sadari setitik air putih mengalir di celah celah mataku mengenangkan nasib yang tak bisa kembali kekampung di hari raya ini tapi saya berharap semuga syawal kali ini tetap disambut penuh keikhlasan dan kesyukuran oleh saudara saudara yang senasib denganku salam aidil fitri untuk semua perantau dimana saja berada

0 komentar:

Catat Ulasan

Share |

Buku Cerita Bawean