Khamis, Januari 9

Sang Penghuni Syurga

Suatu saat Ummu Habibah seperti diriwayatkan oleh Anas bin Malik bertanya kepada Rasulullah SAW perihal nasib seorang istri yang pernah nikah lebih dari dua kali, lantaran suami yang pertama telah meninggal dunia. Rasul pun menjawab, istri tersebut, saat di surga, akan kembali kepada sang suami yang memiliki akhlak paling baik selama hidup di dunia.

Riwayat lain dari Ummu Salamah menegaskan ganjaran Muslimah di surga nanti bahwa para Muslimah tersebut justru akan lebih cantik dari bidadari di surga. Seperti nilai baju lapisan luar yang mentereng dibandingkan dengan baju lapisan dalam.

Syekh Manshur Arabi menegaskan hal yang sama. Kenikmatan dan kebahagiaan surga juga akan dirasakan oleh Muslimah dan tidak terbatas pada laki-laki. Penegasan ini seperti tertuang dalam surah an-Nisaa' ayat 124. “Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.”

Dan, para Muslimah tersebut akan kembali muda dan perawan seperti ditegaskan oleh Rasul. Muslimah yang bersuami akan kembali ke pangkuan suaminya, bila belum bersuami selama di dunia, maka Allah akan memberikan pendamping yang terbaik kelak di akhirat. “Tak ada yang membujang di akhirat,” sabda Rasul.

Penegasan yang sama juga dikuatkan oleh Syekh Ibnu Utsaimin. Para penghuni surga memiliki hak yang sama untuk merasakan nikmat, apa pun yang mereka inginkan. “Dan, di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya." (QS az-Zukhruf [43]: 71).

Sekalipun nikmat tersebut tetap harus berselaras dengan norma-norma syariat yang bersifat kekal. Nikmat itu mesti pula sesuai dengan fitrah manusia yang suci dan hukum-hukum Allah SWT. Meski dengan catatan bahwa takaran, sifat, dan pola nikmat tersebut tidak bisa dibandingkan, antara kenikmatan duniawi dan surgawi.

Ini seperti dinukilkan dari pernyataan Ibnu al-Qayim bahwa para ahli surga akan kebiasaan yang buruk dan jorok seperti yang dilakukan selama di dunia. “Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah [2]: 25)

Dan, menikah merupakan salah satu bentuk kenikmatan, maka hak tersebut bersifat tidak terbatas yang akan dirasakan, baik oleh Muslim ataupun Muslimah. Muslimah yang bersuami di dunia, akan dipertemukan kelak di akhirat, seperti penegasan surah al-Mu'min ayat kedelapan di atas.

Bahkan, selama suami saleh, istri tersebut kembali diperuntukkan bagi sang suami. Bila tidak, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Bila belum mendapatkan jodoh di dunia, Allah telah mempersiapkan pendamping terbaik di surga.

0 komentar:

Catat Ulasan

Share |

Buku Cerita Bawean