Sabtu, Oktober 12
Manfaat Tak Terduga
Ahad, Jun 26
DIALOG GUS DUR DAN SANTRI
Santri : "Ini semua gara-gara Nabi Adam, ya Gus!"
Gus Dur : "Loh, kok tiba-tiba menyalahkan Nabi Adam, kenapa Kang."
Santri : "Lah iya, Gus. Gara-gara Nabi Adam dulu makan buah terlarang, kita sekarang merana. Kalau Nabi Adam dulu enggak tergoda Iblis kan kita anak cucunya ini tetap di surga. Enggak kayak sekarang, sudah tinggal di bumi, eh ditakdirkan hidup di Negara terkorup, sudah begitu jadi orang miskin pula. Emang seenak apa sih rasanya buah itu, Gus?"
Gus Dur : "Ya tidak tahulah, saya kan juga belum pernah nyicip. Tapi ini sih bukan soal rasa. Ini soal khasiatnya."
Santri : "Kayak obat kuat aja pake khasiat segala. Emang Iblis bilang khasiatnya apa sih, Gus? Kok Nabi Adam bisa sampai tergoda?"
Gus Dur : "Iblis bilang, kalau makan buah itu katanya bisa menjadikan Nabi Adam abadi."
Santri : "Anti-aging gitu, Gus?"
Gus Dur : "Iya. Pokoknya kekal."
Santri : "Terus Nabi Adam percaya, Gus? Sayang, iblis kok dipercaya."
Gus Dur : "Lho, Iblis itu kan seniornya Nabi Adam."
Santri : "Maksudnya senior apa, Gus?"
Gusdur : "Iblis kan lebih dulu tinggal di surga dari pada Nabi Adam dan Siti Hawa."
Santri : "Iblis tinggal di surga? Masak sih, Gus?"
Gus Dur : "Iblis itu dulunya juga penghuni surga, terus di usir, lantas untuk menggoda Nabi Adam, iblis menyelundup naik ke surga lagi dengan berserupa ular dan mengelabui merak sang burung surga, jadi iblis bisa membisik dan menggoda Nabi Adam."
Santri : "Oh iya, ya. Tapi, walau pun Iblis yang bisikin, tetap saja Nabi Adam yang salah. Gara–garanya, aku jadi miskin kayak gini."
Gus Dur : "Kamu salah lagi, Kang. Manusia itu tidak diciptakan untuk menjadi penduduk surga. Baca surat Al-Baqarah : 30. Sejak awal sebelum Nabi Adam lahir… eh, sebelum Nabi Adam diciptakan, Tuhan sudah berfirman ke para malaikat kalo Dia mau menciptakan manusia yang menjadi khalifah (wakil Tuhan) di bumi."
Santri : "Lah, tapi kan Nabi Adam dan Siti Hawa tinggal di surga?"
Gus Dur : "Iya, sempat, tapi itu cuma transit. Makan buah terlarang atau tidak, cepat atau lambat, Nabi Adam pasti juga akan diturunkan ke bumi untuk menjalankan tugas dari-Nya, yaitu memakmurkan bumi. Di surga itu masa persiapan, penggemblengan. Di sana Tuhan mengajari Nabi Adam bahasa, kasih tahu semua nama benda. (lihat Al- Baqarah : 31).
Santri : "Jadi di surga itu cuma sekolah gitu, Gus?"
Gus Dur : "Kurang lebihnya seperti itu. Waktu di surga, Nabi Adam justru belum jadi khalifah. Jadi khalifah itu baru setelah beliau turun ke bumi."
Santri : "Aneh."
Gus Dur : "Kok aneh? Apanya yang aneh?"
Santri : "Ya aneh, menyandang tugas wakil Tuhan kok setelah Nabi Adam gagal, setelah tidak lulus ujian, termakan godaan Iblis? Pendosa kok jadi wakil Tuhan."
Gus Dur : "Lho, justru itu intinya. Kemuliaan manusia itu tidak diukur dari apakah dia bersih dari kesalahan atau tidak. Yang penting itu bukan melakukan kesalahan atau tidak melakukannya. Tapi bagaimana bereaksi terhadap kesalahan yang kita lakukan. Manusia itu pasti pernah keliru dan salah, Tuhan tahu itu. Tapi meski demikian nyatanya Allah memilih Nabi Adam, bukan malaikat."
Santri : "Jadi, tidak apa-apa kita bikin kesalahan, gitu ya, Gus?"
Gus Dur : "Ya tidak seperti itu juga. Kita tidak bisa minta orang untuk tidak melakukan kesalahan. Kita cuma bisa minta mereka untuk berusaha tidak melakukan kesalahan. Namanya usaha, kadang berhasil, kadang enggak."
Santri : "Lalu Nabi Adam berhasil atau tidak, Gus?"
Gus Dur : "Dua-duanya."
Santri : "Kok dua-duanya?"
Gus Dur : "Nabi Adam dan Siti Hawa melanggar aturan, itu artinya gagal. Tapi mereka berdua kemudian menyesal dan minta ampun. Penyesalan dan mau mengakui kesalahan, serta menerima konsekuensinya (dilempar dari surga), adalah keberhasilan."
Santri : "Ya kalo cuma gitu semua orang bisa. Sesal kemudian tidak berguna, Gus."
Gus Dur : "Siapa bilang? Tentu saja berguna dong. Karena menyesal, Nabi Adam dan Siti Hawa dapat pertobatan dari Tuhan dan dijadikan khalifah (lihat Al-Baqarah: 37). Bandingkan dengan Iblis, meski sama-sama diusir dari surga, tapi karena tidak tobat, dia terkutuk sampe hari kiamat."
Santri : "Ooh…"
Gus Dur : "Jadi intinya begitulah. Melakukan kesalahan itu manusiawi. Yang tidak manusiawi, ya yang iblisi itu kalau sudah salah tapi tidak mau mengakui kesalahannya justru malah merasa bener sendiri, sehingga menjadi sombong."
Santri : "Jadi kesalahan terbesar Iblis itu apa, Gus? Tidak mengakui Tuhan?"
Gus Dur : "Iblis bukan atheis, dia justru monotheis. Percaya Tuhan yang satu."
Santri : "Masa sih, Gus?"
Gus Dur : "Lho, kan dia pernah ketemu Tuhan, pernah dialog segala kok."
Santri : "Terus, kesalahan terbesar dia apa?"
Gus Dur : "Sombong, menyepelekan orang lain dan memonopoli kebenaran."
Santri : "Wah, persis cucunya Nabi Adam juga tuh."
Gus Dur : "Siapa? Ente?"
Santri : "Bukan. Cucu Nabi Adam yang lain, Gus. Mereka mengaku yang paling bener, paling sunnah, paling ahli surga. Kalo ada orang lain berbeda pendapat akan mereka serang. Mereka tuduh kafir, ahli bid'ah, ahli neraka. Orang lain disepelekan. Mereka mau orang lain menghormati mereka, tapi mereka tidak mau menghormati orang lain. Kalau sudah marah nih, Gus. Orang-orang ditonjokin, barang-barang orang lain dirusak, mencuri kitab kitab para ulama. Setelah itu mereka bilang kalau mereka pejuang kebenaran. Bahkan ada yang sampe ngebom segala loh."
Gus Dur : "Wah, persis Iblis tuh."
Santri : "Tapi mereka siap mati, Gus. Karena kalo mereka mati nanti masuk surga katanya."
Gus Dur : "Siap mati, tapi tidak siap hidup."
Santri : "Bedanya apa, Gus?"
Gus Dur : "Orang yang tidak siap hidup itu berarti tidak siap menjalankan agama."
Santri : "Lho, kok begitu?"
Gus Dur : "Nabi Adam dikasih agama oleh Tuhan kan waktu diturunkan ke bumi (lihat Al- Baqarah: 37). Bukan waktu di surga."
Santri : "Jadi, artinya, agama itu untuk bekal hidup, bukan bekal mati?"
Gus Dur : "Pinter kamu, Kang!"
Santri : "Santrinya siapa dulu dong? Gus Dur."
Sumber : Perpustakaan Universitas Menyan Indonesia (UMI)
Jumaat, Jun 17
Tips untuk bakal Pengantin
A : Bro, gambar kau cantik jer yer ko edit, time aku, muka kan main merah lagi photographer aku edit..
B : Lawanyerrrr pelamin ko abammm, sedap & lembut jer tengok
C : Best la gambo ko, nampak sweet jer ko dengan pasangan
.
OK, ini jawapan abam:
1. Warna Pelamin
Ambillah warna-warna lembut(pastel). Yang ko pergi ambil warna merah, karpet pon merah, semua nak merah, apa yang ko harapkan dari gambo yang dihasilkan? Biru lembut? Cehhh..
2. Lampu Pelamin
Setkan la lampu tu satu warna jer.. Ambil warna-warna soft (purple or blue).. Baru nampak mahal..
Yang pergi ambil lampu warna warni apahal? Ingat funfair ker? Pastu muka pula kena lampu yang dipasang… kejap muka ko jadi hulk, kejap jadi adudu.. ntah pape laa…
Ingat photographer korang suka ker? Ambil warna lembut-lembut, mesti gambar korang ohsem & photographer senang nak buat gambo.
3. Bridal Yang Boleh Bekerjasama
Ini satu hal, kadang-kadang bridal ni sedap tekak dia jer nak letak lampu dengan warna-warna bunga yang dia suka..
Dia tengok kat mata dia memanglah lawa, bila masuk dalam gambar, ada pula korang dalam tuu, terus jadi pelik… Photographer pulak pening-pening kepala nak adjustkan (dah la ko bayau ciput jerr kat photographer)..
Bila suggestkan warna-warna sepatutnya, buat tak tahu jer..
Paling best, bila bridal cakap, “Takperrr, photographer boleh editkan nanti jadi bagi lawo”… Eyhhh, macam tuu, baik bagi jer photographer duit yang dapat tuu..
Kalau korang jumpa bridal or MUA yang cakap macam ni, mohon tinggalkan awal-awal dan berilah mereka cermin …aummm
4. Kerjasama Dengan Photographer
Nak gambar best, muka mesti ada kena senyum maaa… Janganlah depan pelamin, muka macam tahi..
Lepastu complain kenapa muka jadi macam tuuu… Eyhhh, dah tu, nak edit muka satu-satu jadi senyum ker?
Pose la ikut selesa korang, jangan pula ikut perangai korang jerrr.. bila nak suruh pose dan di ajar, “Eyhhh, tak nak la, bla, bla, bla…” bila dapat album, tanya pulak kenapa pose sikit jer, naper tak fun-fun pun hmmmm
Tanya pendapat mereka, sesuai atau tak warna-warna pelamin yang ko impikan… Nanti dah dapat gambar, baru nak menyesal…
5. Pelamin Luar/ Bawah Khemah
Tutup keliling pelamin dengan kain.. Mintak bridal korang tutup bahagian belakang dan kiri kanan pelamin..
Lagi baik, lapis sekali dengan canvas di bahagian-bahagian tersebut.. Sebab apa? sebab cahaya di luar, biasa nya tak menentu dan tak sekata..
Tak faham juga? Tanya photographer korang…
6. Pakej Gambar
Ambillah pakej lengkap dari photographer korang.. Kalau ko ambil “pakej” SHOOT & BURN jer, pastu harap gambarnya sama seperti selepas dia edit, mimpilah koranggg…
Dapat-dapat pula kalau dia hantar budak-budak junior yang turun shoot, lagi kelam la harapan korang.. Auchhhh…
Nak prinsipal or senior yang turun, ambil pakej yang diorang sediakan siap-siap untuk tuu…
Ada banyak lagi tip, buat masa sekarang, ini jer abam larat tulis..
Kalau bermanfaat, share pada rakan-rakan yang nak kahwin nanti..
Selasa, Mei 24
Fakta PKI Yang Di Putarbelitkan
Meluruskan Sejarah PKI
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
#TEMPO Memutarbalik Fakta Killing Fields di Magetan Sebagai Kuburan Massal PKI
Berawal dari berita Liputan Khusus Majalah TEMPO edisi 1-7 Oktober 2012, yang dengan keterlaluan mem-PKI-kan orang yang sudah mati. Padahal, mereka itu bukan PKI. Mereka itu malah orang-orang malang yang menjadi korban kekejaman PKI. Sejarah diputar balik. Orang bukan PKI dibilang PKI.
Orang-orang mati korban kekejaman PKI #difitnah jadi PKI oleh TEMPO.
Padahal mereka itu tewas dibunuh PKI dimasukkan ke dalam sumur tua. Dalam beritanya di TEMPO sumur-sumur tua itu adalah kuburan PKI yang dibunuh dan dilemparkan di situ. Sama saja dengan menuduh, mayat-mayat yang dimasukkan sumur itu adalah PKI. Sungguh kasihan mereka.
Sudah mati masih dituduh sebagai PKI.
Dalam Liputan Khusus TEMPO halaman 65 dijelaskan, ”Tentang sumur “neraka” di Dusun Puhrancang, Desa Pragak, Kecamatan Parang, Magetan. Puluhan tahun silam, ratusan orang yang dicap anggota PKI dibantai dan dilemparkan ke dalam sumur itu. Demikian, menurut Sukiman, 47 tahun, pemilik lahan yang ada sumur “neraka” itu.”
Logikanya kalau Sukiman sekarang usianya 47 tahun, berarti tahun 1965 saat orang-orang PKI dibunuh dan dilempar ke sumur “neraka” itu usianya baru beberapa bulan. Apa mungkin bayi usia belum setahun jadi saksi pembunuhan?”. Menurut TEMPO, Sukiman memperoleh penjelasan tentang sumur “neraka” itu dari mertuanya yang sudah mati dua tahun silam. Jadi, itu hanya “katanya”, yaitu katanya orang yang sudah mati. Jadi tidak tahu sendiri karena saat peristiwa masih bayi.
Meski begitu TEMPO sudah menyimpulkan bahwa sumur “neraka” itu adalah “Ladang Pembantaian” seolah-olah sama dengan peristiwa genocida di Kampuchea yang dilakukan Khmer Merah di bawah Pol Pot yang sudah diangkat jadi film berjudul Killing Fields – Ladang Pembantaian. Berani sekali TEMPO bikin simpulan begitu.
Karena selain Sukiman masih ada narasumber lain, yaitu Kaderun, 69 tahun, Kadus Jombok, Desa Pragak. Kaderun sendiri aktivis Pemuda Muhammadiyah yang menjadi Banser. Menurutnya, “Sumur itu dalamnya 27 meter dengan diameter 2 meter. Ada 82 orang yang dimasukkan ke sumur itu setelah dibunuh. Eksekutornya adalah Yunus, tentara yang bertugas di Perwira Urusan Teritorial dan Perlawanan Rakyat (Puterpra) Kecamatan Parang, pangkat terakhirnya pembantu letnan dua. Puterpra itu kini berubah menjadi Komando Rayon Militer alias Koramil.”
Sekarang kita bertanya-tanya, Apa benar itu Puterpra sekarang berubah menjadi Komando Rayon Militer?
Ya itulah narasumber TEMPO. Redaktur pelaksananya pun asal muat tidak check and recheck terhadap data apalagi melakukan triangulasi. Sejak zaman kolonial, daerah militer di kabupaten disebut District Militair yang di era kemerdekaan disebut daerah KODIM (Komando Distrik Militer). Di bawah District Militair atau KODIM adalah daerah setingkat kecamatan yang disebut Onder District Militair yang di masa kemerdekaan disebut KODM (Komando Onder Ristrik Militer) yang berubah menjadi Komando Rayon Militer disingkat Koramil. Mana ada sejarah militer Koramil berasal dari Puterpra. Yang lebih payah, eksekutor para PKI itu adalah Yunus seorang diri.
“Bahkan ada lagi kuburan massal karya Peltu Yunus di hutan Gangsiran di Dusun Gangsiran, Desa Mategal, Kecamatan Parang. Para korban dimasukkan ke sejumlah lubang yang dalamnya tidak sampai dua meter. Jumlah yang tewas belasan sampai puluhan. Begitu penuh langsung diuruk dan ditandai dengan pohon.”
Seperti yang disebutkan diatas, bahwa Kaderun menyatakan jumlah PKI yang dimasukkan sumur “neraka” di Dusun Puhrancang itu 82 orang. Darimana angka itu? Apakah jumlah itu sudah pasti? Padahal ini, di halaman 65, TEMPO tegas-tegas menyatakan bahwa “puluhan tahun silam, ke dalam sumur itulah RATUSAN ORANG yang dicap anggota Partai Komunis Indonesia yang mati dibantai dilemparkan.” Manakah yang benar, 82 orang seperti kesaksian Kaderun, ataukah simpulan semaunya TEMPO yang menyebut angka RATUSAN ORANG?”
Jangan tanya kebenaran faktual kepada orang-orang musyrik penyembah funding asing. Mereka orang liberal. Orang bebas. Bebas bohong. Bebas memanipulasi data. Bebas kentut. Bebas apa saja, kecuali menyadari bahwa mereka adalah abdi setia funding asing.
Ada saksi lain lagi bernama Sumarwanto yang memberi angka 700 orang korban PKI di hutan Gangsiran. Sumarwanto tidak tahu sendiri, Dia diberitahu bapaknya. Jadi angka pasti berapa isi ‘Ladang Pembantaian’ itu belum jelas karena belum pernah ada yang menggali dan menghitung jumlah mayat di dalamnya,..kecual kalau Kaderun, mertuanya Sukiman dan bapaknya Sumarwanto adalah eksekutor PKI sehingga mereka tahu pasti jumlah angkanya.
Kabupaten Magetan selama ini sudah dikenal di dunia sebagai tempat beradanya Lubang-lubang Sumur Pembantaian (Killing Holes) dan “Ladang Pembantaian” (Killings Fields) sebagaimana dicatat dalam buku “Lubang-lubang Pembantaian: Pemberontakan FDR/PKI 1948 di Madiun” ditulis Maksum – Agus Sunyoto – Zainuddin terbitan Grafiti Press (1990); Peristiwa Coup berdarah PKI 1948 di Madiun ditulis Pinardi terbitan Inkopak-Hazera (1967); Pemberontakan Madiun: Ditinjau dari hukum negara kita ditulis Sudarisman Purwokusumo terbitan Sumber Kemadjuan Rakjat (1951); De PKI in actie: Opstand of affaire (Madiun 1948: PKI Bergerak) ditulis Harry A.Poeze terbitan KITLV-Yayasan Obor (2011).”
Jadi sebenarnya sumur-sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” di Magetan itu sejatinya isinya orang-orang yang dibunuh oleh PKI. Itu faktanya! . Ada banyak jumlah sumur-sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” karya PKI di Magetan itu. Yang sudah ditemukan ada 7 sumur “neraka” dan 1 “Ladang Pembantaian”, yaitu: 1. sumur tua Desa Dijenan, Kec.Ngadirejo, Kab.Magetan; 2.Sumur tua I Desa Soco, Kec.Bendo, Kab.Magetan; 3.Sumur tua II Desa Soco, Kec.Bendo, Kab. Magetan; 4. Sumur tua Desa Cigrok, Kec.Kenongomulyo, Kab.Magetan; 5. Sumur tua Desa Pojok, Kec.Kawedanan, Kab.Magetan; 6. Sumur tua Desa Batokan, Kec.Banjarejo, Kab. Magetan; 7. Sumur tua .Desa Bogem, kec.Kawedanan, Kab.Magetan; satu lokasi yang digunakan membantai musuh-musuh PKI adalah ruangan kantor dan halaman Pabrik Gula Gorang-Gareng di Magetan.
Waktu sumur-sumur “neraka” itu dibongkar tahun 1950, yang menyaksikan berpuluh ribu warga kabupaten dari berbagai desa terutama keluarga-keluarga yang mencari anggota keluarganya yang hilang diculik PKI. Begitulah, puluhan ribu warga Magetan menjadi saksi kejahanaman PKI yang memasukkan korban-korban kebiadaban mereka ke sumur-sumur “neraka” itu. Jumlah korban dihitung. Diotopsi. Semua terdata rapi. Sebagian besar masih dikenali keluarga maupun tim dokter.
Siapa saja kira-kira mereka yang dibantai PKI dan dimasukkan di sumur-sumur “neraka” itu?
Inilah data dari sumur “neraka” I di Desa Soco, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan yang berisi 108 mayat, yaitu: Soehoed; R. Moerti. Kepala Pengadilan Magetan; Mas Ngabehi Soedibyo. Bupati Magetan; R. Soebianto, sekretaris kabupaten Magetan; R. Soekardono, Patih Magetan; Soebirin; Imam Hadi; R. Joedo Koesoemo; Soemardji; Soetjipto; Iskak; Soelaiman; Hadi Soewirjo; Soedjak; Soetedjo;Soekadi; Imam Soedjono; Pamoedji; Soerat Atim; Hardjo Roedino; Mahardjono; Soerjawan; Oemar Danoes; Soehari; Mochammad Samsoeri; Soemono; Karyadi; Soedradjat; Bambang Joewono; Soepaijo; Marsaid; Soebargi Haroen Ismail; Soejadijo; Ridwan; Marto Ngoetomo; Hadji Afandi; Hadji Soewignjo; Hadji Doelah; Amat Is; Hadji Soewignyo; Sakidi; Nyonya Sakidi; Sarman; Soemokidjan; Irawan; Soemarno; Marni; Kaslan; Soetokarijo; Kasan Redjo; Soeparno; Soekar; Samidi; Soebandi; Raden Noto Amidjojo; Soekoen; Pangat B; Soeparno; Soetojo; Sarman; Moekiman; Soekiman; Pangat/Hardjo; Sarkoen B; Sarkoen A; Kasan Diwirjo; Moeanan; ada sekitar 40 mayat tidak dikenali karena bukan orang Magetan.
Dalam peristiwa biadab itu ada kyai-kyai yang dibunuh PKI. Inilah data dari sumur “neraka” II Desa Soco, Kecamatan Bendo, kabupaten Magetan yang berisi 22 mayat, yaitu: R.Ismiadi, Kepala Resort Polisi Magetan; R.Doerjat, Inspektur Polisi Magetan; Kasianto, anggota Polri; Soebianto, anggota Polri; Kholis, anggota Polri; Soekir, anggota Polri; Bamudji, Pembantu Sekretaris BTT; Oemar Damos, Kepala Jawatan Penerangan Magetan; Rofingi Tjiptomartono,Wedana Magetan; Bani, APP.Upas; Soemingan, APP.Upas; Baidowi, Naib Bendo; Reso Siswojo, Guru; Kusnandar, Guru; Soejoedono, Adm PG Rejosari; Kjai Imam Mursjid Muttaqin, Mursyid Tarikat Syattariyah Pesantren Takeran; Kjai Zoebair; Kjai Malik; Kjai Noeroen; Kjai Moch.Noor.”
TEMPO mau membelokkan arah sejarah dengan membentuk sudut pandang baru bersifat manipulatif bahwa sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” di Magetan berisi mayat anggota PKI. Padahal, rakyat Magetan beserta sejarawan dan ilmuwan sedunia sudah menemukan fakta bahwa sumur-sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” di Magetan itu adalah karya PKI ketika melakukan gerakan makar tanggal 18 September 1948. Hmm,..tendensius sekali Liputan Khusus TEMPO edisi 1 – 7 Oktober 2012 ini.
Gobloklah kita jika masih percaya pada majalah TEMPO yang dengan data sarat rekayasa nekad mengubah Kebenaran sejarah dengan memutar-balik fakta sejarah. Bumi Magetan yang dalam fakta sejarah jelas-jelas ditebari sumur-sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” hasil kebiadaban PKI dibalik total menjadi bumi yang ditebari sumur-sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” berisi mayat anggota PKI yang disembelih Banser dan tentara. Begitulah Liputan Khusus TEMPO 1-7 Oktober 2012 itu membentuk Kebenaran Imajiner bahwa PKI adalah organisasi yang sama dengan organisasi seumumnya yang beranggotakan orang-orang baik, yang tidak bersalah, kaum lemah tidak berdaya yang teraniaya dan terzhalimi, yang telah menjadi korban kebiadaban kaum beragama haus darah: NU, Ansor, Banser.
Lalu dengan nada menggurui dalam OPINI-nya Redaktur Senior TEMPO mengimbau pembaca bahwa “tidak selayaknya kita alergi terhadap komunisme.. [..]..karena itu tidak perlu melarang penyebaran ajaran komunisme, Marxisme, Leninisme. Ketetapan MPRturn-on'sS tentang itu sebaiknya dihapus saja”. Tidak hanya mengimbau, TEMPO malah sudah memberi contoh kongkrit berupa usaha menghapus jejak-jejak kebiadaban PKI berupa sumur-sumur “neraka” dan “Ladang pembantaian” di Magetan lewat pembentukan opini baru bahwa sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” di Magetan itu adalah jejak kebiadaban Banser dan tentara. (Disunting dari catatan Agus Sunyoto, 4 Oktober 2012)
:: Kebiadaban PKI
Jangan bilang PKI tidak bersalah. Peristiwa Madiun 1948 itu ulah biadab PKI. Dan betapa pahitnya omongan Aidit yang bilang ulama itu tanpa kerjaan, kitabnya yang banyak, yang bisa buat bendung kali Ciliwung tidak berguna, Indonesia tak butuh ulama.
Sejarah perlu dipahami secara utuh dan berkesinambungan. Pemahaman sejarah yang hanya dengan membaca potongan-potongan fragmen, sementara sebagian fragmen telah dipenggal dan ditutup-tutupi, akan melahirkan pemahaman menyimpang. Tidak hanya itu, bahkan bisa memutarbalikkan fakta dalam peristiwa. Hal itu terjadi di tengah bangsa ini dalam memahami sejarah pemberontakan PKI.
Dalam pandangan sejarah kontemporer yang tidak benar, PKI hanya dianggap membuat maneuver hanya tahun 1965. Itu pun juga tidak sepenuhnya diakui, sebab peristiwa berdarah itu dianggap hanya manuver TNI Angkatan Darat. Kemudian dibuat kesimpulan bahwa PKI tidak pernah melakukan petualangan politik. Mereka dianggap sebagai korban konspirasi dari TNI AD dan ormas Islam anti PKI seperti NU dll.
Pemberontakan PKI pertama kali dilakukan tahun 1926, kemudian dilanjutkan dengan Pemberontakan Madiun 1948 dan dilanjutkan kembali pada tahun 1965 adalah suatu kesatuan sejarah yang saling terkait. Para pelakunya saling berhubungan. Tujuan utamanya adalah bagaimana mengkomuniskan Indonesia dengan mengorbankan para ulama dan aparat negara.
Pemberontakan Madiun 1948 yang dilakukan PKI beserta Pesindo dan organ kiri lainnya menelan ribuan korban baik dari kalangan santri, para ulama, pemimpin tarekat, yang dibantai secara keji. Selain itu berbagai aset mereka seperti masjid, pesantren dan madrasah dibakar. Demikian juga kalangan aparat negara baik para birokrat, aparat keamanan, poliisi dan TNI banyak yang mereka bantai saat mereka menguasai Madiun dan sektarnya yang meliputi kawasan startegis Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Anehnya, PKI menuduh pembantaian yang mereka lakukan itu hanya sebagai manuver Hatta. Padahal jelas-jelas Bung Karno Sendiri yang berkuasa saat itu bersama Hatta mengatakan pada Rakyat bahwa Pemberontakan PKI di Madiun yang dipimpin Muso dan Amir Syarifuddin itu sebuah kudeta untuk menikam republik dari Belakang, karena itu harus dihancurkan. Korban yang begitu besar itu ditutupi oleh PKI, karena itu tidak lama akemudian Aidit menerbitkan buku Putih yang memutarbalikkan Fakta pembantaian Madiun itu. Para penulis sejarah termakan oleh manipulasi Aidit itu. Tetapi rakyat, para ulama dan santri sebagai korban tetap mencatat dalam sejarahnya sendiri.
Karena peristiwa itu dilupakan maka PKI melakukan agitasi dan propaganda intensif sejak dimulainya kampanye Pemilu 1955, sehingga suasana politik tidak hanya panas, tetapi penuh dengan ketegangan dan konflik. Berbagai aksi teror dilakukan PKI. Para kiai dianggap sebagai salah satu dari setan desa yang harus dibabat. Kehidupan kiai dan kaum santri sangat terteror, sehingga mereka selalu berjaga dari serangan PKI.
Fitnah, penghinaan serta pembunuhan dilakukan PKI di berbagai tempat, sehingga terjadi konflik sosial yang bersifat horisontal antara pengikut PKI dan kelompok Islam terutama NU. Serang menyerang terjadi di berbagai tempat ibadah, pengrusakan pesantren dan masjid dilakukan termasuk perampasan tanah para kiai. Bahkan pembunuhan pun dilakukan. Saat itu NU melakukan siaga penuh yang kemudian dibantu oleh GP Ansor dengan Banser sebagai pasukan khusus yang melindungi mereka. Lagi-lagi Kekejaman yang dilakukan PKI terhadap santri dan kiai dan kalangan TNI itu dianggap hanya manuver TNI AD.
Sejarah dibalik. Yang selama ini PKI bertindak sebagai pelaku kekejaman, diubah menjadi pihak yang menjadi korban kekejaman para ulama dan TNI. Lalu mereka membuat berbagai maneuver melalui amnesti internasional dan mahkamah internasional, termasuk Komnas HAM. Karena mereka pada umumnya tidak tahu sejarah, maka dengan mudah mempercayai pemalsuan sejarah seperti itu. Akhirnya kalangan TNI, pemerintah dan NU yang membela diri dan membela agama serta membela ideologi negara itu dipaksa minta maaf, karena dianggap melakukan kekejaman pada PKI.
PKI telah menciptakan suasana sedemikian tegang ,sehingga sampai pada situasi to kill or to be killed (membunuh atau dibunuh), dalam sebuah perang saudara. Oleh karena itu kalau diperlukan perdamaian maka keduanya bisa saling member maaf, bukan permintaan maaf sepihak sebagaimana mereka tuntut, karena justeru kesalahan ada pada mereka dengan melakukan agitasi serta teror bahkan pembantaian.
Pemahaman sejarah yang menyimpang ini harus diluruskan karena telah menyebar luas. Bahkan tidak sedikit kader NU yang berpandangan demikian, karena itu harus diluruskan, karena ini menyangkut peran politik NU ke depan.
Demi membangun Indonesia ke depan yang utuh dan tanpa diskriminasi NU bersedia memaafkan PKI sejauh mereka minta maaf. NU boleh memaafkan PKI tetapi sama sekali tidak boleh melupakan semua petualangan PKI, agar tidak terjerumus dalam lubang sejarah untuk ketiga kali. Dengan demikian bisa bersikap proporsional, bersahabat, bekerjasama dengan semua pihak, namun tetap menjaga keberadaan agama, keutuhan wilayah, komitmen ideologi serta keamanan negara.
Rekonsiliasi NU – PKI Sudah Lama Terjadi
Kehidupan damai, rukun, guyub, saling membantu di masyarakat tingkat bawah antara yang anti PKI dan yang PKI sudah berjalan nyaris tanpa kikuk. Sebab, dendam di masyarakat tidak parah, mereka tidak paham politik.
Memahami dan membuktikan sejarah kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berlangsung pada 1948-1965 tak cukup hanya bermodalkan buku teks sejarah. Kini sedang terasa ada pemutarbalikan sejarah dari PKI sebagai pelaku kejahatan menjadi korban yang patut dikasihani.
Desakan sejumlah kelompok agar NU mau melakukan rekonsiliasi dengan mantan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan keturunannya dinilai tidak relevan. NU selama ini tidak menyimpan dendam dan usaha rekonsiliasi sudah dipraktikan kiai-kiai NU sejak dulu dengan penuh kesadaran.
Demikian pandangan sejarawan NU Agus Sunyoto di sela acara Tahlil dan Doa Bersama untuk Para Kiai dan Santri Korban Kekejaman PKI Tahun 1948-1965 di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (1/10) malam. Turut berbicara dalam forum ini, Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali dan sejumlah aktivis senior NU, seperti Khalid Mawardi, Baidlawi Adnan, dan Abdullah Syarwani.
Agus menyatakan, fakta itu bisa ditelusuri setelah maraknya janda-janda dan anak-anak yatim dari keluarga PKI akibat Operasi Trisula di Blitar, Jawa Timur. Kiai-kiai NU secara bijak mengambil anak tanpa ayah itu untuk dipesantrenkan, disekolahkan, dan dibesarkan.
“Anak-anak inilah yang akhirnya, karena walinya atas nama kiai-kiai tadi, ya mereka bisa jadi pegawai negeri, di departemen agama, di mana-mana,” imbuhnya.
Rekonsiliasi, demikian Agus, juga bisa ditemukan di Desa Trisulo, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, yang saat itu seratus persen warganya anggota PKI. Karena trauma, penduduknya tak menerima ormas apapun masuk ke desa itu. Namun, KH Ishom Hadziq justru berhasil mengikat persaudaraan dengan membentuk ranting NU Trisulo dan ranting Ansor Trisulo pada tahun 1997.
Penulis buku Banser Berjihad Menumpas PKI ini merasa janggal ketika sejumlah media mendorong rekonsiliasi, sebuah ajakan yang sebetulnya sudah dilakukan sejak lama. “Itu fakta. Jadi nggak usah ngomong rekonsiliasi. Yang dilakukan para kiai sudah seperti itu,” tegasnya.
Agus menduga ada kepentingan pihak ketiga yang sedang menunggangi tuntutan ini, termasuk upaya pembelokkan sejarah kekejaman PKI. “Kalau ada yang seperti ini mereka (keluarga PKI,red.) pasti ketakutan. Karena setting ini pasti bukan keinginan dari anak-anak PKI itu. Pasti ada pihak lain.” (Sumber, http://nu.or.id/)
:: SUMUR TUA SAKSI BISU KEKEJAMAN PKI
Salah seorang korban PKI di sumur tua Cigrok adalah KH Imam Shofwan, pengasuh Pesantren Thoriqussu’ada Rejosari, Madiun. KH Shofwan dikubur hidup-hidup di dalam sumur tersebut setelah disiksa berkali-kali…
Di antara kegemaran PKI yang terkenal adalah membantai para korbannya di sumur tua, kemudian ditimbun dengan tanah. Di sejumlah tempat di Magetan dan Madiun, terdapat beberapa sumur-sumur tua yang menjadi tempat pembantaian.
Sumur Tua Desa Soco
Soco adalah sebuah desa kecil yang terletak hanya beberapa ratus meter di sebelah selatan lapangan udara Iswahyudi. Desa Soco termasuk dalam wilayah Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan. Dalam peristiwa berdarah pemberotakan PKI tahun 1948, Soco memiliki sejarah tersendiri.
Di desa inilah terdapat sebuah sumur tua yang dijadikan tempat pembantaian oleh PKI. Ratusan korban pembunuhan keji yang dilakukan PKI ditimbun jadi satu di lubang sumur yang tak lebih dari satu meter persegi itu.
Letak Soco yang strategis dan dekat dengan lapangan udara dan dipenuhi tegalan yang banyak sumurnya, menjadikan kawasan itu layak dijadikan tempat pembantaian. Apalagi desa ini juga dilewati rel kereta lori pengangkut tebu ke Pabrik Gula Glodok, Pabrik Gula Kanigoro dan juga Pabrik Gula Gorang-gareng. Gerbong kereta lori dari Pabrik Gula Gorang-gareng itulah yang dijadikan kendaraan mengangkut para tawanan untuk dibantai di sumur tua di tengah tegalan Desa Soco.
Di sumur tua desa Soco ditemukan tak kurang dari 108 jenazah korban kebiadaban PKI. Sebanyak 78 orang diantaranya dapat dikenali, sementara sisanya tidak dikenal. Sumur-sumur tua yang tak terpakai di desa Soco memang dirancang oleh PKI sebagai tempat pembantaian massal sebelum melakukan pemberontakan.
Beberapa nama korban yang menjadi korban pembantaian di Desa Soco adalah Bupati Magetan Sudibjo, Jaksa R Moerti, Muhammad Suhud (ayah mantan Ketua DPR/MPR, Kharis Suhud), Kapten Sumarno dan beberapa pejabat pemerintah serta tokoh masyarakat setempat termasuk KH Soelaiman Zuhdi Affandi, pimpinan Pondok Pesantren ath-Thohirin Mojopurno, Magetan.
Di Soco sendiri terdapat dua buah lubang utama yang dijadikan tempat pembantaian. Kedua sumur tua itu terletak tidak jauh dari rel kereta lori pengangkut tebu. Para tawanan yang disekap di Pabrik Gula Rejosari diangkut secara bergiliran untuk dibantai di Desa Soco. Selain membantai para tawanan di sumur Soco, PKI juga membawa tawanan dari jalur kereta yang sama ke arah Desa Cigrok. Kini, desa Cigrok dikenal dengan nama Desa Kenongo Mulyo.
Terungkapnya sumur Soco sebagai tempat pembantaian PKI bermula dari igauan salah seorang anggota PKI yang turut membantai korban. Selang seratus hari setelah pembantaian di sumur tua itu, anggota PKI ini mengigau dan mengaku ikut membantai para tawanan.
Setelah diselidiki dan diinterogasi, akhirnya dia menunjukkan letak sumur tersebut. Sekalipun letak sumur telah ditemukan, namun penggalian jenazah tidak dilakukan pada saat itu juga, tapi beberapa tahun kemudian. Hal ini disebabkan oleh kesibukan pemerintah RI dalam melawan agresi Belanda yang kedua.
Sekitar awal tahun 1950-an, barulah sumur tua desa Soco digali. Salah seorang penggali sumur bernama Pangat menuturkan, penggalian sumur dilakukan tidak dari atas, namun dari dua arah samping sumur untuk memudahkan pengangkatan dan tidak merusak jenazah. Penggali sumur dibagi dalam dua kelompok yang masing-masing terdiri dari enam orang.
Menurut Pangat, mayat-mayat yang dia gali pada waktu itu sudah dalam keadaan hancur lebur seperti tape ketela. Daging dan kulit jenazah hanya menempel sedikit diantara tulang-belulang. Di kedalaman sumur yang sekitar duabelas meter, regu pertama menemukan 78 mayat, sementara regu kedua menemukan 30 mayat. Semua jenazah dihitung hanya berdasarkan tengkorak kepala, karena tubuh para korban telah bercampur-aduk sedemikian rupa.
Sumur Tua Desa Bangsri
Diantara sejumlah sumur tempat pembantaian yang digunakan PKI di sekitar Magetan, sumur tua desa Bangsri merupakan tempat yang paling awal. Sumur tua ini terletak di tengah tegalan ladang ketela di Dukuh Dadapan. Sekitar 10 orang korban PKI dibantai di sini. Kebanyakan adalah warga biasa yang dianggap menentang atau melawan PKI.
Para korban pembantaian di Bangsri berasal dari Desa Selo Tinatah, dan berlangsung sebelum pemberontakan 18 September 1948 dimulai. Mereka yang tertangkap PKI kemudian ditahan di dusun Dadapan. Beberapa hari menjelang hari H pemberontakan, para tawanan pun disembelih di lubang pembantaian di tengah tegalan.
Sumur Tua Desa Cigrok
Sumur tua di Desa Cigrok ini hampir sama dengan sumur tua di Desa Soco, sama-sama tidak terpakai lagi. Sebagaimana kepercayaan masyarakat setempat yang pantang menimbun sumur setelah tidak digunakan lagi, sumur tua Desa Cigrok demikian pula. Tidak ditimbun, kecuali tertimbun sendiri oleh tanah.
Sumur tua Desa Cigrok terletak di rumah seorang warga desa bernama To Teruno. To Teruno sebenarnya bukanlah anggota PKI, justru dialah yang melaporkan kekejaman PKI di sumur miliknya itu kepada kepala desanya. Salah seorang korban PKI di sumur tua Cigrok adalah KH Imam Shofwan, pengasuh Pesantren Thoriqussu’ada Rejosari, Madiun. KH Shofwan dikubur hidup-hidup di dalam sumur tersebut setelah disiksa berkali-kali. Bahkan ketika dimasukkan ke dalam sumur, KH Imam Shofwan sempat mengumandangkan adzan. Dua putra KH Imam Shofwan, yakni Kyai Zubeir dan Kyai Bawani juga jadi korban dan dikubur hidup-hidup secara bersama-sama.
Sebanyak 22 orang yang menjadi korban pembantaian di sumur tua Desa Cigrok. Selain KH Imam Shofwan dan dua puteranya, terdapat pula Hadi Addaba dan Imam Faham dari Pesantren Sabilil Muttaqin, Takeran. Imam Faham adalah adik dari Muhammad Suhud, paman dari Kharis Suhud.
Imam sebenarnya ikut mengawal KH Imam Mursjid ketika diciduk dari pesantrennya, namun di tengah jalan mereka terpisah. Jenazah Imam Faham akhirnya ditemukan di sumur tua itu, sementara jenazah KH Imam Mursjid hingga kini belum ditemukan.
Pesantren Takeran atau dikenal dengan pesantren Sabilil Muttaqien dipimpin oleh Kiai Imam Mursjid Muttaqien yang masih berumur 28 tahun. Pesantern Takeran merupakan salah satu pesantren yang paling berwibawa di Magetan kerena pemimpinnya mempunyai pengaruh yang sangat besar karena Kyai Imam Mursjid juga bertindak sebagai Imam tarekat Syatariyah.
Pesantren menjadi musuh utama PKI karena dalam pesantren itu terdapat kekuatan yang sangat diperhitungkan yaitu di dalam pesantren Takeran mamang aktif melakukan penggemblengan fisik dan spiritual terhadap para santri. Pada tanggal 17 September 1948, tepatnya hari Jum’at Kiai Hamzah dan Kiai Nurun yang berasal dari Tulungagung dan Tegal Rejo pergi ke Burikan. Setelah kepergian mereka seusai sholat Jum’at, Kiai Imam Mursjid didatangi oleh tokoh-tokoh PKI. Saat itu Kiai Imam Mursjid diajak bermusyawarah mengenai republik Soviet Indonesia. Kepergian pemimpin pesantren mereka menimbulkan tanda tanya besar, dua hari kemudian keberadaan iai Imam Mursjid belum diketahui secara pasti. PKI terus melakukan penangkapan dan penculikan kepada ustadz-ustadz yang lain seperti Ahmad Baidway, Husein, Hartono, dan Hadi Addaba.
Mereka tidak pernah kembali. Bahkan sebagian besar ditemukan sudah menjadi mayat di lubang-lubang pembatantaian yang tersebar di berbagai tempat di magetan. Yang menimbulkan keheranan adalah sampai sekarang adalah tempat pembantaian Kiai Mursjid yang belum diketahui sampai sekarang karena mayatnya belum dapat ditemukan. Bahkan dari daftar korban yang dibuat PKI sendiri tidak tercantum nama Kiai Mursjid. (Berbagai Sumber )
Isnin, Januari 11
Perjuangan Gusdur untuk NKRI
Jumaat, November 6
keajaiban Hidayah Allah
Sebuah kisah nyata yang terjadi di negeri Paman Sam. Patut kita ambil hikmahnya. Silahkan menyimak kisahnya. Semoga Allah mengijinkan kita menjadi Pemuda seperti yang terdapat dalam kisah ini, Amiiin…..
Ada seorang Pemuda Arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah untuk mendalami Agama Islam dan mempelajarinya. Selain belajar, ia juga merupakan seorang Juru Dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia pernah berkenalan dengan seseorang yang beragama Nasrani. Hubungan mereka sangat akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah untuk masuk Islam.
Pada suatu hari, mereka berdua berjalan - jalan di sebuah perkampungan yang ada di Amerika. Dan kebetulan pada saat itu, mereka melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut. Temannya yang Nasrani itu meminta agar ia juga turut masuk ke dalam gereja tersebut. Semula ia sangat keberatan, namun karena temannya terus mendesak dan memintanya agar ikut memasuki gereja tersebut, akhirnya Pemuda Muslim itupun memenuhi permintaan temannya tersebut dan ikut masuk ke dalam gereja.
Pemuda tersebut duduk di salah satu bangku dengan hening. Sebagaimana kebiasaan mereka ketika Pendeta memasuki gereja adalah mereka serentak berdiri untuk memberikan hormat dan kemudian kembali duduk. Di saat itu si Pendeta agak terbelalak dan terkejut ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.”
Pemuda Arab itu tidak bergeming dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu sekali lagi, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.”
Begitu seterusnya sampai berkali – kali, namun Pemuda tersebut tetap diam dan tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya Pendeta itu berkata, “Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya.”
Setelah sang Pendeta berbicara seperti itu, barulah Pemuda tersebut bangkit dari duduknya dan beranjak keluar. Di ambang pintu, Pemuda Muslim tersebut berbalik dan bertanya kepada sang Pendeta, “Bagaimana anda mengetahui bahwa saya adalah seorang muslim ?”
“Dari tanda yang terdapat di wajahmu.” Jawab sang Pendeta.
Kemudian sang Pemuda itupun berbalik menuju pintu keluar dan berjalan dengan tenang. Namun sang Pendeta melihat kesempatan itu. Ia ingin memanfaatkan keberadaan Pemuda Muslim di gerejanya ini untuk mengokohkan markasnya tersebut, yaitu dengan mengajaknya berdebat dan memojokkannya dengan beberapa pertanyaan yang menjebak.
Pemuda Muslim itupun terdiam dan berpikir sejenak sambil menimbang - nimbang tantangan yang diajukan oleh sang Pendeta. Setelah menimbang – nimbang, akhirnya ia pun menerima tantangan debat tersebut.
“Aku akan mengajukan kepada Anda 22 pertanyaan dan Anda harus menjawabnya dengan tepat.” kata sang Pendeta mendengar kesanggupan Pemuda tersebut.
“Silahkan !” jawab sang Pemuda sambil tersenyum.
Sang pendeta pun mulai bertanya, “Sebutkan ….
1. Satu yang tiada duanya,.
2. Dua yang tiada tiganya,.
3. Tiga yang tiada empatnya,.
4. Empat yang tiada limanya,.
5. Lima yang tiada enamnya,.
6. Enam yang tiada tujuhnya,.
7. Tujuh yang tiada delapannya,.
8. Delapan yang tiada sembilannya,.
9. Sembilan yang tiada sepuluhnya,.
10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,.
11. Sebelas yang tiada dua belasnya,.
12. Dua belas yang tiada tiga belasnya,.
13. Tiga belas yang tiada empat belasnya,.
14. Sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh !
15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya ?
16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga ?
17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya ?
18. Sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu !
19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api ?
20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yang diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu ?
21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar !
22. Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari ?”
Mendengar pertanyaan tersebut, Pemuda Muslim itu tersenyum dengan senyuman yang mengandung keyakinan kepada Allah. Setelah membaca basmalah ia menjawab, “
1. Satu yang tiada duanya adalah Allah SWT.
2. Dua yang tiada tiganya adalah malam dan siang. Allah SWT berfirman, “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami).” (Al-Isra’ : 12).
3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir merusak kapal yang ditumpanginya, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.
4. Empat yang tiada limanya adalah Kitab – Kitab yang diturunkan oleh Allah SWT, yaitu Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an.
5. Lima yang tiada enamnya adalah shalat lima waktu.
6. Enam yang tiada tujuhnya adalah jumlah hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.
7. Tujuh yang tiada delapannya adalah langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.” (Al-Mulk : 3).
8. Delapan yang tiada sembilannya ialah Malaikat pemikul ‘Arsy Ar Rahman. Allah SWT berfirman, “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka.” (Al-Haqqah : 17).
9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang.
10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.” (Al-An’am : 160).
11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Yusuf.
12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah dari padanya dua belas mata air.” (Al-Baqarah : 60).
13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT berfirman, “Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.” (At-Takwir : 18).
15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus.
16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf, yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, ”Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala.” Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, ”Tak ada cercaaan terhadap kalian.” Dan ayah mereka Ya’qub berkata, “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surat Yusuf, Juz 13)
17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19).
18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, Malaikat, Unta Nabi Shalih dan Kambing Nabi Ibrahim.
19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, “Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim.” (Al-Anbiya’ : 69).
20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah Abrahah dan yang terpelihara dari batu adalah Ashhabul Kahfi (penghuni gua).
21. Sesuatu yang diciptakan oleh Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar.” (Yusuf : 28).
22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting dan setiap ranting mempunyai 30 daun, kemudian setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya : Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.
Mendengar jawaban sang Pemuda tersebut, Pendeta dan para hadirin merasa takjub. Kemudian Pemuda tersebut meminta pamit dan beranjak hendak pergi. Namun setelah berjalan beberapa langkah, ia mengurungkan niatnya dan membalikkan badan menatap sang Pendeta.
“Bolehkah aku mengajukan satu pertanyaan kepadamu ?” tanya sang Pemuda Muslim.
“Silahkan,” jawab sang Pendeta menyetujui.
Sang Pemuda diam sejenak, kemudian berkata, “Apakah kunci Surga itu ?”
Mendengar pertanyaan itu, lidah sang Pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus bersorak-sorak mendesaknya agar ia menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.
“Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepada Pemuda tersebut dan semuanya ia jawab dengan tepat. Sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan, namun anda tidak mampu menjawabnya ??“ teriak salah seorang hadirin.
Pendeta tersebut berkata, “Sungguh, aku mengetahui dengan baik jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian akan marah jika aku menjawabnya.“
“Kami menjamin keselamatan anda.” jawab mereka serentak.
Sang Pendeta mengambil nafas sejenak dan menghembuskannya kembali sambil berkata, “Jawabannya ialah : Asyhadu an laailaahaillallaah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”
Mendengar jawaban itu keluar dari mulut sang Pendeta, akhirnya para hadirin yang sedang hadir di gereja tersebut mengucapkan syahadat secara serentak dan akhirnya pun mereka masuk Agama Islam. Allahu Akbar !! Sungguh Allah telah menganugerahkan hidayah, kebaikan dan menunjuki mereka kepada Islam melalui tangan seorang Pemuda Muslim yang bertakwa. Subhanallah…!!
Tentu saja,, semua hal yang terjadi di atas adalah dengan ilmu. Bukan hanya sebuah karangan saja.
Sekarang pertanyaannya adalah, Kapankah peran kita akan dimulai..???
Khamis, September 17
Al-Qur'an sudah tau keberadaan facebook
Subbhanallah, Ternyata Fenomena Facebook sudah Disinggung Al-Qur’an
Perkembangan jaman membuat teknologi semakin modern. Salah satu fenomena yang sedang terkenal adalah adanya berbagai macam medsos seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, Line, dsb. Facebook lebih dahulu dikenal daripada yang lain. Facebook dibuat oleh Mark Zuckerberg dan kawan-kawannya pada tahun 2004.
Jejaring sosial ini sudah digemari sejak awal kemunculannya. Banyak orang yang menggunakan aplikasi ini, baik itu murid, mahasiswa, hingga para pekerja. Tapi, ternyata fenomena facebook sudah disinggung dalam Al-Qur’an.
Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa manusia mempunyai sifat suka mengeluh. Apabila ia diberi kesusahan ataupun musibah, ia selalu berkeluh kesah. Namun, jika ia diberkahi dengan kebaikan atau nikmat maka ia akan menjadi kikir. Hal tersebut telah menjelaskan fenomena jamaah “fesbukiyah” pada umumnya.
Apabila kita lihat di wall Facebook, maka kita akan menemui status-status yang bertebaran. Kebanyakan dari status itu merupakan keluh kesah yang sedang ia hadapi. Hal ini serupa dengan sinetron-sinetron yang ada. Mulai dari jerawat, bisul, hingga sakit punggung semuanya ada di sana. Tidak hanya itu, masalah cuaca pun sering diperbincangkan. Saat cuaca panas atau dingin, banyak di antara mereka yang membuatnya menjadi status, seperti “Kepanasan nih, minum es enak kali yaa”. Semuanya pun bisa dijadikan status, situs jejaring sosial sudah disinggung Al-Qur’an karena keluh kesah ini.
Tidak sampai disitu. Bahkan ibadah juga dipost, seperti “Akhirnya bisa buka puasa bersama teman-teman, moga besuk bisa lagi”, ada juga yang membuat status “Alhamdulillah, bisa khatam Al-Qur’an 2 kali”. Status tersebut bisa membuat orang yang membacanya menganggap bahwa ia pamer atau riya terhadap ibadah. Tapi semoga saja mereka berniat untuk menyebarkan kebaikan agar menjadi contoh bagi orang lain.
Sepertinya ada salah satu hal yang belum pernah dijadikan status, yakni masalah shalat. Sebagai contohnya “Baru shalat Jumatan nih, dan ini sudah rakaat kedua. Tapi bacaan imamnya panjang-panjang, jadi capek deh”.
Ternyata fenomena facebook sudah disinggung di Al-Qur’an yang mengatakan bahwa apabila seseorang diberi kebaikan maka ia akan menjadi kikir. Sebagai contohnya adalah saat gaji naik, makan enak, mobil baru maka status yang muncul hanya sekedar pemberitahuan.
Namun sepertinya ada juga status yang belum pernah dibuat seperti, “Aku nemuin uang 100 ribu nih, kalau mau ditraktir langsung dateng aja ke kantin sebelah”. Nah, kalau berstatus ini kan akan menyenangkan banyak orang.
Sesungguhnya Facebook seperti dua mata pisau yang dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi penggunanya. Namun, niat awal pembuatan ini cukuplah bagus. Pendirinya menginginkan bahwa Facebook bisa dijadikan sebagai sarana untuk berkomunikasi, berbagi pengalaman, foto, video atau yang lain sebagainya, meskipun berada di lokasi yang jauh berbeda. Namun, jika penggunaannya disalah gunakan maka bisa merugikan dirinya sendiri bahkan orang lain.
Demikianlah ternyata fenomena Facebook sudah disinggung Al-Qur’an. Sifat mengeluh hendaknya dikurangi karena sudah sepantasnya kita selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberi oleh Allah. Karena dengan bersyukurlah kita bisa mendapatkan kebahagiaan sejati. Semoga dengan artikel ini dapat menambah wawasan kita dan menjadikan kita lebih baik lagi dari sebelumnya