Jumaat, Jun 19
Isnin, Jun 8
Kenapa Imam Mazhab tidak pakai Hadits Bukhari dan Muslim
Rasulullah SAW bersabda, Ø®َÙŠْرُ النَّاسِ Ù‚َرْÙ†ِÙŠْ Ø«ُÙ…َّ الَّذِÙŠْÙ†َ ÙŠَÙ„ُÙˆْÙ†َÙ‡ُÙ…ْ Ø«ُÙ…َّ الَّذِÙŠْÙ†َ ÙŠَÙ„ُÙˆْÙ†َÙ‡ُÙ…ْ “Sebaik-baik manusia adalah pada kurunku (Sahabat), kemudian yang sesudahnya (Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (Tabi’ut Tabi’in).”[HR. Al-Bukhari no. 2652 dan Muslim no. 2533 ]
Penelitian Hadits Dilakukan Oleh Empat Imam Mazhab
Isnin, Mac 9
Mesteri Pulau Putri (Bawean)
Judul Buku : Waliyah Zainab, Putri Pewaris Syeikh Siti Jenar: Sejarah Agama dan Peradaban Islam di Pulau Bawean
Penulis : M. Dhiyauddin Qushwandhi
Penerbit : Yayasan Waliyah Zainab Diponggo, Bawean, Gresik.
Cetakan : Pertama, Maret 2008
Tebal : xxxii + 277 halaman
Resensi Oleh : Abd. Rahman Mawazi*
Harus diakui bahwa penelitian sejarah Jawa tidak selesai pada penelitian Danys Lombard yang terangkum dalam karya magnup opusnya, “Nusa Jawa: Silang Budaya”, yang cukup konprehensif itu. Masih banyak fragmen sejarah [lokal] Jawa yang masih belum tersentuh dan terungkap dalam buku-buku tentang Jawa dan sejarahnya. Sejarah lokal adalah narasi tak terpisahkan dari “sejarah besar”. Bahkan, seringkali sejarawan menjadikan sejarah diri (biografi, otobiografi, dan memoar) dan daerah untuk merangkai sejarah besar.
Buku Waliyah Zainab, Putri Pewaris Syeikh Siti Jenar ini mengisahkan sejarah lokal pulau Bawean, yang menjadi fragmen sejarah Jawa. Bawean, pulau kecil di tengah laut Jawa, tepatnya 80 mil dari Gresik, sebagaimana diungkap dalam buku ini, mengandung muatan sejarah yang selama ini masih menjadi teka teki para peneliti sejarah dan sejarawan.
Dalam buku ini, M. Dhiyauddin Qushwandhi berani menyimpulkan bahwa, misalnya, huruf Honocoroko tercipta di Bawean. Alkisah, seorang murid Aji Soko—petualang dari India—yang bernama Dura ditinggal di Bawean dengan dilengkapi sebilah keris, sebab Aji Soko akan melanjutkan perjalanannya ke Jawa guna menundukkan raja Jawa, Ki Dewatacangkar. Ia berpesan agar keris itu tidak diserahkan kepada siapapun selain pada dirinya. Namun, Aji Soko lupa akan Dura setelah berhasil mengalahkan Ki Dewatacangkar. Ia lantas mengutus seorang murid lainnya, Sembada, untuk mengambil keris dimaksud.
Akan tetapi, Dura enggan menyerahkan keris amanat sang guru. Sedangkan Sembada terus meminta keris tersebut hingga akhirnya berakhir dengan pertumpahan darah. Aji Soko baru menyeadari akan pesannya kepada Dura. Ia pun lantas menyusul ke Bawean dan menemukan dua kuwulanya tewas. Ditulislah sebuah prasasti yang kemudian dikenal dengan Honocoroko, untuk mengenang keduanya. Prasasti itu berbunyi: Honocoroko / Dotosowolo / Podojoyonyo / Monggobothongo yang artinya Ada dua utusan / Sama-sama bertikai / Sama-sama jaya dan kuat / Sama-sama meninggal.(Bab 2)
Memang, jika berbicara sejarah, hal itu adalah bukti-bukti yang tertinggal dan masih ada. Sejarah adalah sebuah peninggalan, bisa berupa tulisan, naskah, atau artefak yang bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Tanpa itu, ia hanya menjadi dongeng atau mitos adanya. Ia hanya cerita fiktif yang tidak bisa dijadikan pijakan bahwa sesuatu dikatakan sebagai kisah sejarah. Hal ini dibuktikan oleh penulis dengan menelusuri bukti-bukti sejarah di lapangan dan telaah literatur yang ketat.
Masih banyak hal lain yang ternyata diungkap dalam buku ini. Misalnya tentang Putri Condrowulan, ibunda Sunan Ampel; Nyi Ageng Maloko, putri Sunan Ampel; dan laksamana Cheng Ho, yang makamnya terletak di Bawean. Semunya masih menjadi teka teki sejarah. Prihal Dempo—bahasa Cina yang berarti nahkoda—Cheng Ho tersebut, menurut penulis, kemungkinan memilih menetap di Bawean karena konstalasi politik Dinasti Ming sedang goncang. Sehingga, ia memimilih menetap di Bawean sampai akhir hanyatnya. Kini, makam Cheng Ho tersebut dikenal dengan Jujuk Tampo (Buyut Tampo).
Dengan demikian, kajian dalam buku ini mengungkap suatu peristiwa masa lalu yang masih menjadi misteri masa kini. Asal mula huruf Honocoroko, makam ibunda Sunan Ampel, Putri Condrowulan; makam Nyi Ageng Maloko, dan makam Cheng Ho beserta istrinya diungkap secara deskriptif, meski belum bisa disebut ‘sejarah kritis’. Dan yang tak kalah penting dari kajian buku ini adalah prihal ajaran Syeikh Siti Jenar, yang mengalami nasib teragis di Jawa, yang kemudian diteruskan oleh Sayyidah Waliyah Zainab di Bawean.
Putri pewaris Syeikh Siti Jenar
Waliyah Zainab adalah generasi keempat penerus ajarah Syeikh Siti Jenar. Sejauh ini belum banyak diungkap siapa gerangan yang menjadi penerus ajarah Syeikh Siti Jenar yang kontroversial itu; “Manunggaling Kawulo Gusti”. Beberapa buku yang telah best seller, seperti karya Munir Mulkhan (2001), Agus Suyoto, dan sebagainya, baru mengungkapkan bagian awalnya saja. Dhiyauddin, yang tak lain masih memiliki darah keturunan dari Siti Jenar, mengupas ajaran tersebut dalam bab khusus.
Sosok Waliyah Zainab ditengarai mempraktikkan ajaran Siti Jenar, sebab ia mendapat didikan langsung dari sang ayah, Sunan Duwur, dan kakeknya Sunan Sendang. Sunan Sendang adalah orang yang mengkodifikasikan ajaran Siti Jenar. Naskah itu tidak berjudul, tetapi memuat apa yang disebut Sastro Cettho Wadiningrat (Ilmu Nyata Rahasia Kehidupan), atau disebut juga Ilmu Kabegjan (Ilmu Mencapai Kebahagian Sejati) yang semakna dengan Hikmah al-Islamiyah, dalam kajian tawawuf.
Kajian tasawuf sendiri memuat akidah-syari’ah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifat. Syeikh Siti Jenar mengistilahkan catur wiworo werit (Empat Perjalanan yang Sempit) dalam menegaskan betapa empat jalan; syari’ah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifah, bukanlah jalan yang gampang (werit). Untuk itu, manusia mesti menanamkan keempat hal pokok itu secara sempurna. Barulah ia akan mencapai aqidah (keimanan) yang sempurna, sebab keimanan itu tidaklah hanya sekedar “percaya” an sich kepada Allah, melainkan kecintaan (hubb). Bila sempurna, maka sang hamba akan merasa bersatu dengan Tuhannya. Demikianlah juga apa yang dipraktekkan oleh Waliyah Zainab.
Waliyah Zainab, disamping meneruskan ajarah Siti Jenar, juga menjadi pemuka agama di Pulau Bawean. Ia meneruskan benih Islam yang telah dakwah Islam yang telah disemai oleh Putri Condrowulan. Namun, keberadaannya di Bawean tak lepas dari konstalasi politik di Jawa. Artinya, Bawean menjadi pulau tempat pengasingan, yang kelak justru islamisasinya cukup merata, khususnya di masa Umar Mas’ud, adipati utusan kerajaan Sumenep, Madura, yang datang kemudian. Sejauh ini baru Jacob Vredeberg yang mengungkap Islamisasi di Bawean dalam karyanya Bawean dan Islam (1992).
Titik pulau Jawa
Dengan demikian, sejarah Bawean adalah bagian dari narasi sejarah islamisasi tanah Jawa—untuk menyebut sejarah Jawa. Dhiyauddin mengibaratkannya sebagai titi dari huruf nun. Nun dan titiknya, dengan demikian, merupakan logos maknawi Jawa Bawean. Sebab, filosofi titik-nun ini bukanlah sesuatu yang tidak mengandung muatan historis. Pada abad ke-14, di masa kedigdayaan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, tanah Bawean “diinjak” oleh seorang pengelana dari Persia (Iran) yang dikenal sengan Syeikh Subakir, sebelum melanjutkan perjalannya ke Jawa.
Demikian juga di masa pelarian negeri Campa. Putri Condrowulan, ibunda Sunan Ampel, yang menjadi bagian dari kafilah pelarian negeri Campa beserta rombongannya masih transit di Bawean. Bahkah, beliau tutup usia di sana sebelum sempat melanjutkan perjalanan ke Jawa. Maka, tidak heran bila kelak Sunan Ampel mengutus putra dan putrinya, Sunan Bonang dan Nyi Ageng Maloko, melakukan dakwah Islam di Bawean. Selain itu, Bawean juga menjadi tempat persinggahan terakhir laksamana muslim dari Cina yang cukup masyhur, Cheng Ho, yang hingga kini masih menjadi tanda tanya sejarawah. Dan masih banyak lagi!
Nah, di sinilah letak pentingnya buku ini bagi pecinta sejarah Nusantara, khusunya Jawa. Hasil kajian buku ini memang cukup fantastik. Namun demikian, tentunya penelitian lebih lanjut harus terus dilakukan guna membuktikan secara pasti dan sekaligus mengukuhkan prihal kisah-kisah yang termuat dalam buku ini. Hal ini bertujuan agar kisah sejarah tidak menjadi sekedar mitologi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiyah.
*Abd. Rahman Mawazi
Penulis keturunan Bawean yang kini menetap di Batam
Khamis, Disember 25
10 Dosa Istri Terhadap Suami
1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna
Sebelum menikah, seorang wanita membayangkan pernikahan yang begitu indah, kehidupan yang sangat romantis sebagaimana ia baca dalam novel maupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron.
Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari sebuah pernikahan. Kelelahan yang sangat, cape, masalah keuangan, dan segudang problematika di dalam sebuah keluarga luput dari gambaran nya.
Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enak dalam sebuah perkawinan.
Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua itu, ia tidak siap. Ia kurang bisa menerima keadaan, hal ini terjadi berlarut-larut, ia selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sesuai dengan gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda.
Seorang wanita yang hendak menikah, alangkah baiknya jika ia melihat lembaga perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, romantika keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.
2. Nusyus (tidak taat kepada suami)
Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.
Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:
Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain.Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumahLalai dalam melayani suamiMubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnyaMenyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknyaKeluar rumah tanpa izin suamiMenyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.
Seorang istri shalihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di atas segala-galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka. Ketaatan istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.
3. Tidak menyukai keluarga suami
Terkadang seorang istri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga kepada orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, sebagian istri berani menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.
Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga istri, ia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan berbagai cara.
Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar keluarga’. Kedua orang tua suami adalah orang tua istri, keluarga suami adalah keluarga istri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan bahagia jika istrinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang suami.
4. Tidak menjaga penampilan
Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah hanya ketika ia keluar rumah, ketika hendak bepergian, menghadiri undangan, ke kantor, mengunjungi saudara maupun teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara lainnya di luar rumah. Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.
Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh istri, jangan heran jika suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya, berhiasnya dia lebih ditujukan kepada suami Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak untuk itu.
5. Kurang berterima kasih
Tidak jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan sang istri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan. Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan keinginan-keinginan istrinya.
Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang diberikan kepadanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan. Sifat qona’ah dan ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh dari dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya mampu memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan berterima kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan bertambah.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
6. Mengingkari kebaikan suami
“Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.” Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.
Ajaib!! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka. Bagaimana ini terjadi?
“Karena kekufuran mereka,” jawab Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?
Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!
Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita, kita saling introspeksi, apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai saudariku.
Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat, satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan, masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?
Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu, bukankah engkau tidak tahu kapan engkau akan menemui Robb mu?
“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini , jangan pernah bosan dan henti untuk introspeksi diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi masalah adalah jika seorang istri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya semata.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu’Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual. ” [HR. Muslim]
8. Sibuk di luar rumah
Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Jangan sampai aktivitas tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hni terjadi terus menerus, bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini dapat berubah menjadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya istri terhadap suami karena kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mendahulukan istri lain ketimbang dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini adalah cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa nyaman ketika ada di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang disangkakan istri kepada dirinya.
10. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika dipandang suaminya.
Isnin, Oktober 13
Masih Adakah Allah di Hati Kita
DERITA itu bukan kehilangan harta, derita itu bukan kehilangan tahta, derita itu bukan kehilangan mustika. Derita adalah ketika kita kehilangan petunjuk agama dalam kehidupan kita.
Siapa yang masih memiliki agama dan mengikuti petunjuk agama itu maka ia tergolong orang yang tidak tersesat dan tidak menderita. Itulah yang difirmankan Allah dalam al-Qur'an: "Maka barangsiapa mengikuti petunjukku, maka ia tidak tersesat dan tidak menderita."
Kalau dalam hidup kita masih merasakan gelisah dan derita padahal kebutuhan materi kehidupan sudah cukup dan berlebih, maka coba elus dada kita dan deteksilah apakah Allah ada di hati kita?
Belum terasa? Dan belum menemukan jawab? Coba ingat-ingat berapa kali kita shalat sehari semalam dan kapan terakhir kita sebut nama Allah? Semoga temukan jawabannya. Salam bahagia, AIM
Jumaat, Ogos 8
Berjilbab ikut aturan atau hanya ikut trend
Wajah manis berbalut dengan kerudung warna warni, digabung dengan baju ketat lengan panjang dan celana jeans super nge press yang membuat lekuk tubuh terlihat. Sangat disayangkan sekali fenomena ini merebak dikalangan muslimah kita saat ini.
"Emang ada apa dengan pakaianku? Kan yang penting menutup aurat." Mungkin ada muslimah yang membela diri. Saya jawab bukan menutup tapi membungkus dengan ketat bak pepes ikan dibungkus dengan daun pisang, rapat sekali. Itulah yang dinamakan dengan Jilboobs.
Merunut asal katanya adalah Jilbab dan boobs (payudara). Fenomena ini merebak seiring dengan perkembangan tekhnologi melalui media sosial yang kian pesat perkembangannya.Trend jilboobs ini berasal dari jejaring sosial Facebook pada salah satu group "Jilboobs Community". Alangkah khilafnya jika media sosial digunakan untuk pamer lekukan tubuh muslimah.
Namun, yang disayangkan bagi remaja muslimah yang masih duduk dibangku sekolah dibingungkan dengan peraturan sekolah yang mengharuskan mengangkat jilbabnya agar logo sekolah atau logo pancasila atau logo tut wuri handayani tidak tertutup oleh jilbab dengan alasan nasionalisme, begitu yang dipaparkan oleh Mendikbud dan KPAI baru-baru ini disalah satu TV swasta. Remaja yang cerdas adalah remaja yang bisa menetukan sikap. Apakah peraturan Allah didahulukan dari peraturan-peraturan yang lain.
Rabu, Ogos 6
McD Racun yang tidak kita sadari
KUALA LUMPUR (Arrahmah.com) - Meski "Israel" telah mengumumkan penarikan pasukannya dari Gaza, bukan berarti kita dapat bersantai dalam senyapnya Palestina untuk sementara waktu. Perjuangan pemboikotan produk zionis masih harus terus kita lakukan. Salah satunya melalui boikot korporasi makanan cepat saji McDonald (McD), sebagaimana yang dikampanyekan Muslimin Malaysia pada media sosial Facebook yang telah berlaku sejak Rabu pekan lalu (30/7/2014).
Proses pemboikotan ini, tentu lebih bijak berlangsung bukan hanya atas dasar kita membenci kekjian "Israel" terhadap saudara kita di Palestina, namun dengan memahami penjelasan ilmiah, sebagaimana dipublikasikan Sukan TV melalui laman resminya di Facebook pada beberapa waktu lalu. Sejumlah spekulan menyatakan "insyaa Allah pemboikotan ini akan membuat zionis semakin mati kutu lagi."
Sebagai edukasi bagi kita para konsumen, penjelasan ringkas mengenai kebobrokan McD dalam menipu pelanggan di balik dapurnya sempat dikupas secara mendalam oleh koki selebriti Jamie Oliver melalui rilis videonya pada tahun 2012 mengenai penggunaan peroxida (H2O2) dan amonia (NH3) dalam pengolahan daging bahan baku burger McD. Sayangnya, meski kampanye Oliver tersebut baru mendorong McD bereaksi dengan berhenti menggunakan apa yang disebut "lendir merah muda" (ammonium hydroxide) dalam burgernya, sehingga kini perusahaan itu masih membandel menggunakan daging mentah dengan kualitas bahan dasar makanan hewan.
Jamie Oliver
Jamie yang naturalis dan dijuluki "The Naked Chef" telah secara terbuka mencela penggunaan aditif pada acaranya, Revolusi Makanan Jamie Oliver. Dalam tayangan tersebut (">klik) ia mempertanyakan bagaimana mungkin US Food and Drug Administration dapat mengijinkan senyawa beracun semacam peroxide digunakan dalam makanan, sementara itu sangat terlarang dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan.
Pada umumnya kedua zat kimia tersebut di atas digunakan sebagai bahan bleaching untuk rambut dan drycleaning. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana efeknya terhadap organ pencernaan dan organ dalam kita selain lambung dan usus jika itu dikonsumsi secara berkesinambungan dalam waktu lama.
Jadi, tunggu apalagi, mari kita jaga keluarga dan orang di sekitar kita untuk mewaspadai produk-produk "Israel". Karena produk-produk itu tidak hanya menjadi amunisi zionis untuk mengagresi Palestina, tetapi juga sengaja dirancang untuk meracuni ummat manusia sedunia.